Pemko Medan,Pelestarian Budaya Warisan Leluhur
Medan,Expose,Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi diwakili Kadis Kebudayaan Kota Medan Suherman menghadiri Forum Diskusi Terarah (Focus Group Discussion/FGD) tentang kebudayaan yang diselenggarakan Lingkar Baca Boemi Poetra DAN Anak deli Organizer di Garuda Palza Hotel Medan, Rabu (21/3).
Dari FGD yang dihadiri sejarawan, akademisi, jurnlias dan aktifitas budaya yang mengetengahkan bagaimana cara membangun episentrum kebudayaan yang mencerminkan karakteristik Medan Rumah Kita, menghasilkan empat poin petisi untuk Pemko Medan.
Keempat poin petisi itu mengarah pada upaya pelestarian budaya warisan leluhur yang bermuara pada penguatan karakter, sebagaimana visi Medan Rumah Kita. Poin pertama adalah mendorong Pemko Medan untuk mewujudkan “episentrum kebudayaan Melayu” sebagai warisan utama Kota Medan.
Poin berikutnya, Pemko Medan secara bertahap harus membangun episentrum kebudayaan yang mencerminkan keberagaman di titik-titik konsentrasi etnis tertentu di Kota Medan, yang pada perjalanan sejarahnya memunculkan kultur khas hasil adaptasi dan percampuran etnis.
Ketiga, Pemko Medan harus memfasilitasi rangkaian penelitian yang kemudian dapat dijadikan dasar untuk merumuskan sistem pengelolaan episentrum kebudayaan serta klasterisasinya, berdasarkan sejarah berdiri dan berkembangnya Kota Medan.
Terakhir, untuk mempertahankan Kebudayaan Melayu sebagai identitas dasar dan budaya hasil percampuran etnik yang berkembang di titik-titik tertentu di Kota Medan, Pemko Medan didorong untuk melahirkan sebuah regulasi, yang berhubungan dengan poin-poin petisi tersebut.
Petisi tersebut diserahkan langsung oleh perwakilan peserta FGD kepada Kadis Kebudayaan Kota Medan Suherman. Dalam keterangannya seusai FGD, Suherman mengatakan Pemko Medan sangat berterima kasih atas partisipasi aktivis kebudayaan di Kota Medan dalam upaya perkuatan karakter budaya di kota multietnis ini. Diharapkan, apa yang menjadi petisi tersebut dapat direalisasikan, tentunya dengan dukungan penuh seluruh masyarakat Kota Medan.
“Petisi ini akan kita inventarisir sebagai bahan masukan dalam penyusunan program Pemko Medan ke depan, khususnya Dinas Kebudayaan,” kata Suherman.
Apa itu episentrum kebudayaan? Di kesempatan sama, Sekretaris Lingkar Baca Boemi Poetera, Indra Gunawan SE, menjelaskan istilah itu bermakna sama dengan pusat kegiatan kebudayaan.
“Digunakan istilah episentrum dikarenakan pusat kegiatan kebudayaan itu diharapkan memberi efek getar kepada masyarakat luas. Sehingga, infiltrasi kebudayaan asing yang akhir-akhir ini terus menekan peradaban di Kota Medan dapat dieliminir,” ujar jurnalis Kota Medan yang beberapa tahun silam mendeklarasikan Gerakan Boemi Poetera bersama aktivis kebudayaan Tengku Zainuddin.
Empat poin petisi yang lahir dari FGD tersebut ditandatangani langsung oleh lebih dari 20 peserta. DR Phil Ichwan Azhari dan Dr Efi Brata Madya MSi berperan aktif dalam forum tersebut sebagai peserta sekaligus pemrasaran. Hadir juga jurnalis senior Kota Medan, Choking Susilo Sakeh sebagai peserta aktif sekaligus pembanding.
“Kita sepakat menjadikan kebudayaan Melayu sebagai tuan rumah di Kota Medan. Meski secara demografi etnis Melayu saat ini bukanlah merupakan kelompok mayoritas, tapi kita semua harus mengakui bahwa peradaban Kota Medan ini dibangun oleh leluhur etnis Melayu. Satu hal yang patut dicatat, Guru Patimpus yang telah dinobatkan sebagai pendiri Kota Medan adalah etnis Karo yang secara resam telah di-Melayu-kan,” tandas Ichwan Azhari, yang lebih dikenal sebaai antropolog Universitas Negeri Medan (Unimed).
Menimpali ini, Efi Brata yang tak lain akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut mengatakan pelestarian budaya warisan leluhur merupakan cara paling tepat untuk melindungi generasi bangsa dari pengaruh negatif era global. Pelestarian budaya menurutnya juga akan mempertegas jati diri bangsa.
Peserta FGD lainnya berasal dari beragam elemen kemasyarakatan di Kota Medan, antara lain fungsionaris Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Sumut, Kelompok Kerja Kehumasan (Pokja Humas) Sumut, Palang Merah Indonesia (PMI) Medan Denai, Front Pembela Islam (FPI) Medan Denai dan sejumlah aktivis kebudayaan dan akademisi.
Di sisi lain, Mhd Aulia yang mewakili Anak Deli Organizer menegaskan keberpihakannya terhadap upaya-upaya pelestarian budaya leluhur. Pemuda berdarah Melayu Deli ini mengaku akan mendukung penuh program Dinas Kebudayaan, yang menurutnya akan menyasar pada nilai-nilai fundamental. (Aden)
Tidak ada komentar